Rabu, 29 Agustus 2018

JURNAL PERAN DAN FUNGSI ACTUATING DALAM MENUNJANG PENDIDIKAN DI INDONESIA


PERAN DAN FUNGSI DIMENSI PENGGERAKAN (ACTUATING)
DALAM MEMAJUKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
OLEH: DARUL WIYONO

ABSTRAK
Penggerakan pendidikan merupakan salah satu fungsi manajemen pendidikan yang berhubungan dengan aktivitas manajerial dalam melaksanakan tugas execution. Penggerakan pendidikan sangat terkait dengan penggunaan berbagai sumber daya organisasi sehingga kemampuan memimpin, memberi motivasi, berkomunikasi yang efektif dan menciptakan iklim serta budaya organisasi yang kondusif menjadi kunci penggerakan dalam mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan pendidikan berperan sangat penting dalam rangka mengarahkan dan menggerakkan organisais pendidikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pengambilan keputusan merupakan fungsi terpenting dari penggerakan (actuating), bahkan dapat dikatakan bahwa inti dari organisasi adalah kepemimpinan dan inti dari kepemimpinan adalam pengambilan keputusan (decision making). Motivasi memiliki arti penting dalam menumbuhkan dan mempertinggi semangat kerja. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari satu orang kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, baik lisan, tertulis, maupun isyarat. Kata Kunci: manajemen pendidikan, penggerakan pendidikan, kepemimpinan, pengambilan keputusan, motivasi, komunikasi

Kata Kunci   :  Manajemen Pendidikan, Penggerakan Pendidikan, Kepemimpinan, Pengambila Keputusan, Motivasi, Komunikasi

A.           PENDAHULUAN
Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita adalah persoalan mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Dari berbagai pengamat dan analisis, ada berbagai faktor yang menyebabkan mutu pendidikan kita mengalami peningkatan secara merata. Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function atau input-output analisis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratis sentralistik, sehingga peningkatan mutu sekolah sebagai penyelenggaraan pendidikan yang tergantung pada keputusan birokrasi-birokrasi. Ketiga, minimnya peranan masyarakat khususnya orang tua sisiwa dalam penyelenggaraan pendidikan, pratisipasi orang tua selama ini dengan sebatas pendukung dana, tapi tidak dilibatkan dalam proses pendidikan seperti mengambil keputusan, monitoring, evaluasi dan akuntabilitas, sehingga sekolah tidak memiliki beban dan tanggung jawab hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat/orang tua sebagai stacheholder yang berkepentingan dengan pendidikan. Keempat, krisis kepemimpinan, dimana kepala sekolah yang cenderung tidak demokratis, sistem top down policy baik dari kepala sekolah terhadap guru atau birokrasi diatas kepala sekolah terhadap sekolah.
Munculnya paradigma guru tentang manajemen berbasis sekolah yang bertumpu pada penciptaan iklim yang demokratisasi dan pemberian kepercayaan yang lebih luas kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan secara efisien dan berkualitas. Kepemimpinan adalah cara seseorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuanorganisasi. Gaya kepemimpinan yang kurang melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan maka akan mengakibatkan adanya disharmonisasi hubungan anatara pemimpin dan yang dipimpin. Salah satu solusinya adalah dengan dikeluarkannya UU No.32 tahun 2004 yaitu undang-undang otonomi daerah yang kemudian diatur oleh PP No. 33 tahun 2004 yaitu adanya penggeseran kewenangan dan pemerintah pusat ke pemda dalam berbagai bidang termasuk bidang pendidikan kecuali agama, politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal.
Pemberian otonomi tersebut dimaksudkan agar lembaga sekolah memiliki kebebasan dan kemandirian mengelola lembaganya agar mampu berkembang sesuai dengan potensi dan kekhususan-kekhususan yang dimiliki daerah serta memiliki relevansi yang tinggi dan kemanfaatan optimal bagi pembangunan di daerah. Pemberian otonomi demikian dengan segala implikasinya dianggap merupakan langkah maju yang bertujuan untuk menciptakan efektifitas penyelenggaraan pendidikan di daerah dengan bersumber kepada pemanfaatan potensi, kekhasan, dan kreativitas dari para penyelenggara pendidikan di daerah. Implementsi otonomi sekolah ini juga salah satunya tercermin dengan diberlakukannya UU No. 20/2005 yang memberikan kebebasan kepada sekolah untuk menyusun kurikulumnya sendiri yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai ganti dari Kurikulum 2004. Untuk kemudian direvisi dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, sampai pada diberlakukannya kurikulum 2013, yang sempat mengalami pro dan kontra di kalangan masyarakat kependidikan dan non kependidikan.
Dengan adanya amanat otonomi dari undang- undang tersebut perangkat manajemen di sekolah bukan lagi sekedar sebagai pelaksana dari birokrasi pusat sebagaimana era sebelumnya, melainkan berposisi sebagai agen yang mandiri yang bertanggung jawab atas pengelolaan sekolah sesuai dengan tugas dan fungsi manajemen (planning, organizing, actuating, controlling) dengan memperhatikan potensi dan kekhasan yang dimiliki. Penggerakan atau Actuating mempunyai arti dan perananan yang sangat penting. Sebab diantara fungsi manajemen lainnya, maka penggerakan merupakan fungsi secara langsung berhubungan dengan manusia (pelaksana). Dengan fungsi penggerakan inilah, maka ketiga fungsi manajemen yang lain baru efektif. Oleh karena itu penggerakan atau actuating sebagai salah satu fungsi manajemen yang sangat layak untuk dikaji lebih jauh dalam makalah ini.

B.            PENGERTIAN, TUJUAN, FUNGSI POKOK DAN PRINSIP PENGGERAKAN (ACTUATING)
1)      Pengertian Penggerakan (Actuating)
Fungsi-fungsi manajemen menurut George R. Terry (Disingkat POAC) dalam Mulyono (2008:23), yaitu “planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan), controlling (pengendalian)”. Dari seluruh rangkaian proses manajemen, penggerakan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama, dan mempunyai arti serta perananan yang sangat penting. Sebab dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi atau manusia (pelaksana). Dengan ini fungsi penggerakan inilah, maka ketiga fungsi manajemen yang lain baru efektif.
Actuating, dalam bahasa Indonesia artinya adalah menggerakkan. Maksudnya, suatu tindakan untuk mengupayakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan tujuan organisasi. George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa, actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota organisasi sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran organisasi dan sasaran anggota-anggota organisasi tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran- sasaran tersebut. Jadi actuating adalah usaha menggerakkan seluruh orang yang terkait, untuk secara bersama-sama melaksanakan program kegiatan sesuai dengan bidang masing-masing dengan cara yang terbaik dan benar. Actuating merupakan fungsi yang paling fundamental dalam manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar.
Sedangkan menurut Harold Koontz & Cyril O’Donnel, actuating adalah directing and leading are the interpersonal aspec of commanding by which subordinate are led to understand and contribute effectively and efficiency to the attainment of enterprise objectives. Hal ini berarti bahwa pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.
Pendapat lainnya, Actuating (penggerakan) yaitu: Actuating is setting all members of the group towant to achieve the objektive willingly and keeping with managerial planning and organizing efforts. Artinya Penggerakan adalah membuat semua kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha pengorganisasian. (Hasibuan, 1995:176).
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Jadi penggerakan merupakan kegiatan manajemen untuk menggerakan dan membuat orang lain suka dan dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien, sehingga tindakan-tindakan yang telah dilakukan menyebabkan suatu organisasi dapat berjalan.
2)      Ciri – ciri Penggerakan
Adapun Ciri – ciri penggerakkan di dalam sebuah oraganisasi yaitu :
1.      Upaya yang berlandaskan pengetahuan tentang kepemimpinan yang baik.
2.      Mengacu pada perencanaan yang telah dibuat.
3.      Adanya kemampuan untuk memimpin semua anggota organisasi.
4.      Semua kegiatan – kegiatan oraganisasi di atur dengan baik.
5.      Pemberian bimbingan, motivasi dan pengarahan yang baik.
3)      Tujuan Penggerakan
Menurut Azwar (1996), Tujuan fungsi actuating (penggerakan) adalah :
1.      Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
2.      Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
3.      Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
4.      Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf
5.      Membuat organisasi berkembang lebih dinamis
4)      Fungsi Pokok Penggerakan (Actuating)
Adapun fungsi pokok penggerakan didalam manajemen adalah sebagai berikut :
1.      Mempengaruhi orang-orang supaya bersedia menjadi pengikut.
2.      Menaklukkan daya tolak orang-orang
3.      Membuat seseorang atau orang-orang suka mengerjakan tugas dengan lebih baik.
4.      Mendapatkan, memelihara dan memupuk kesetiaan pada pimpinan, tugas dan organisasi tempat mereka bekerja.
5.      Menanamkan, memelihara dan memupuk rasa tanggung jawab seorang atau orang-orang terhadap Tuhan-nya, negara dan masyarakat.
5)      Prinsip Penggerakan (Actuating)
Prinsip-prinsip penggerakan, Menurut Kurniawan (2009) sebagai berikut :
1.      Memperlakukan pegawai dengan sebaik-baiknya.
2.      Mendorong pertumbuhan dan perkembangan manusia.
3.      Menanamkan pada manusia keinginan untuk melebihi.
4.      Menghargai hasil yang baik dan sempurna.
5.      Mengusahakan adanya keadilan tanpa pilih kasih.
6.      Memberikan kesempatan yang tepat dan bantuan yang cukup.
7.      Memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi dirinya.

C.           FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG FUNGSI PENGGERAKAN
Beberapa halangan dalam menjalankan penggerakan :
1.      Kendala-Kendala Pemilihan SDM, meliputi :
a.       Standar Kemampuan SDM yang pasti belum ada, akibatnya informasi kemampuan SDM hanya berdasarkan ramalan-ramalan (prediksi) saja yang sifatnya subjektif. Hal ini menjadi kendala yang serius dalam pemilihan SDM untuk menghitung potensi SDM secara pasti.
b.      Manusia (SDM sebagai mahluk hidup tidak dapat dikuasai sepenuhnya seperti mesin. Hal ini menjadi kendala PSDM, karena itu sulit memperhitungkan segala sesuatunya dalam rencana. Misalnya, ia mampu tapi kurang mau melepaskan kemampuannya.
c.       Situasi SDM, Persediaan mutu, dan penyebaran penduduk yang kurang mendukung kebutuhan SDM organisasi . Hal ini menjadi kendala proses PSDM yang baik dan benar.
d.      Kebijaksanaan Perburuhan Pemerintah, Kebijaksanaan perburuhan pemerintah, seperti kompensasi, jenis kelamin, WNA, dan kendala lain dalam PSDM untuk membuat rencana yang baik dan tepat.
2.      Kegagalan manajer dalam menumbuhkan motivasi stafnya
Hal ini terjadi karena manajer kurang memahami hakekat perilaku dan hubungan antar manusia. Seperti konsep perilaku manusia yang dikemukakan oleh Maslow, dinegara berkembang yang menjadi prioritas adalah kebutuhan fisik, rasa aman, dan diterima oleh lingkungan sedangkan dinegara maju kebutuhan yang menonjol adalah aktualisasi diri dan self esteem. Perbedaan tersebut juga akan mempengaruhi etos kerja dan produktifitas kerja.
a.       Kurangnya keahlian dalam menggunakan menajemen.
b.      Beragam-ragam dalam memutuskan sesuatu.
c.       Tidak adanya kerjasama yang kompak.
d.      Tidak menepati janji Fungsi-fungsi penggerakan.
e.       Tidak adanya dana serta fasilitas yang terbatas dapat menghasilkan kedisiplinan dan kesetian dari anggota organisasi.
f.       Kurangnya Komunikasi di Dalam Organisasi.
g.      Tidak bisa membaca karakteristik setiap anggotanya.
h.      Kurangnya Rasa Solidaritas yang tinggi.

Faktor Pendukung dalam penggerakan diantaranya :
1.      Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar berusaha dengan ikhlas untuk mencapai tujuan bersama. Seorang manajer yang tidak memiliki kepemimpinan tidak akan mampu untuk mempengaruhi bawahannya untuk bekerja, sehingga manajer yang demikian akan gagal dalam usahanya.
2.      Sikap dan Moril (Attitude and Morale)
Sikap ialah suatu cara memandang hidup, suatu cara berpikir, berperasaan dan bertindak. Oleh karena itu sikap manajer akan berbeda-beda sesuai dengan pola hidupnya.
3.      Tata Hubungan (Communication)
Komunikasi membantu perencanaan managerial dilaksanakan dengan efektif, pengorganisasian managerial dilakukan dengan effektif, penggerakan managerial diikuti dengan efektif dan pengawasan diterapkan dengan efektif.
4.      Perangsang (Incentive)
Insentif ialah sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan seseorang bertindak.
5.      Supervisi (Supervision)
Supervisi dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan pengawasan, sehingga suka timbul kekacauan pengertian dengan kata pengawasan sebagai terjemah dari kata control.
6.      Disiplin (Discipline)
Disiplin ialah latihan pikiran, perasaan, kehendak dan watak untuk melahirkan ketaatan dan tingkah laku yang teratur.

D.           TEKNIK-TEKNIK PENGGERAKAN YANG EFEKTIF
Menurut Azwar (1996) teknik-teknik penggerrakan yang efektif antara lain: 1) Memberikan penjelasan kepada setiap orang yang ada dalam organisasi, mengenai tujuan yang harus dicapai. 2) Setiap orang harus menyadari, memahami serta menerima dengan baik tujuan tersebut. 3) Pimpinan menjelaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditempuh oleh organisasi dalam usaha pencapaian tujuan. 4) Setiap orang harus mengerti struktur organisasi. 5) Setiap orang harus menjalankan peranan apa yang diharapkan oleh pimpinan organisasi dengan baik. 6) Menekankan pentingnya kerjasama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan. 7) Memperlakukan setiap bawahan sebagai manusia dengan penuh pengertian. 8) Memberikan penghargaan serta pujian kepada pegawai yang cakap dan teguran serta bimbingan kepada orang-orang yang kurang mempu bekerja. 9) Meyakinkan setiap orang bahwa dengan bekerja baik dalam organisasi tujuan pribadi orang-orang tersebut akan tercapai semaksimal mungkin.
Sedangkan menurut Haris (2011) teknik-teknik penggerakan yang efektif bagi manajemen sekolah antara lain: 1) Kepala sekolah merangsang guru dan personal sekolah lainnya melaksanakan tugas dengan antusias dan kemauan yang baik untuk mencapai tujuan dengan penuh semangat. 2) Kepala sekolah cenderung mempunyai hubungan dengan bawahan yang sifatnya mendukung (suportif) dan meningkatkan rasa percaya diri menggunakan kelompok membuat keputusan. 3) Kepala sekolah merencanakan cara untuk memungkinkan guru, tenaga kependidikan dan personal sekolah lainnya secara teratur mempelajari seberapa baik ia telah memenuhi tujuan sekolah yang spesifik dapat meningkatkan mutu sekolah. 4) Penggerakan yang dilakukan kepala sekolah tersebut dapat berupa pengakuan dan pujian atas prestasi kerja personal sekolah, karena ancaman atas kesalahan yang dilakukan oleh para personalnya hanya akan berdampak buruk terhadap manajemen sekolah. 5) Sanksi hanya akan diberikan, jika betul-betul ada bukti dan tidak mungkin lagi untuk dibina, jauh efisien membentuk perilaku guru, tenaga kependidikan, dan personal sekolah lainnya dengan menghargai hasil yang positif dan memberi motivasi ke arah yang positif pula.

E.            PENTINGNYA PENGGERAKAN (ACTUATING) DALAM ORGANISASI PENDIDIKAN.
Kepekaan melihat kondisi global yang bergulir dan peluang masa depan menjadi modal utama untuk mengadakan perubahan paradigma dalam manajemen pendidikan. Modal ini akan dapat menjadi pijakan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan. Pada titik inilah diperlukan berbagai komitmen untuk perbaikan kualitas. Ketika melihat peluang, dan peluang itu dijadikan modal, kemudian modal menjadi pijakan untuk mengembangkan pendidikan yang disertai komitmen yang tinggi, maka secara otomatis akan terjadi sebuah efek domino (positif) dalam pengelolaan organisasi, strategi, SDM, pendidikan dan pengajaran, biaya, serta marketing pendidikan.
Untuk menuju point education change (perubahan pendidikan) secara menyeluruh, maka manajemen pendidikan adalah hal yang harus diprioritaskan untuk kelangsungan pendidikan sehingga menghasilkan out-put yang diinginkan. Walaupun masih terdapat institusi pendidikan yang belum memiliki manajemen yang bagus dalam pengelolaan pendidikannya. Manajemen yang digunakan masih konvensional, sehingga kurang bisa menjawab tantangan zaman dan terkesan tertinggal dari modernitas. Jika manajemen pendidikan sudah tertata dengan baik dan membumi, niscaya tidak akan lagi terdengar tentang pelayanan sekolah yang buruk, minimnya profesionalisme tenaga pengajar, sarana-prasarana tidak memadai, pungutan liar, hingga kekerasan dalam pendidikan. Manajemen dalam sebuah organisasi pada dasarnya dimaksudkan sebagai suatu proses (aktivitas) penentuan dan pencapaian tujuan organisasi melalui pelaksanaan empat fungsi dasar: planning, organizing, actuating, dan controlling dalam penggunaan sumberdaya organisasi. Karena itulah, aplikasi manajemen organisasi hakikatnya adalah juga amal perbuatan SDM organisasi yang bersangkutan.
Penggerakan (actuating) sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan fungsi yang sangat penting, karena fungsi ini kegiatannya berhubungan langsung dengan faktor manusia sebagai bawahan. Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Perencanaan dan pengorganisasian yang baik, kurang berarti bila tidak diikuti dengan penggerakan seluruh potensi sumber daya manusia dan nonmanusia pada pelaksanaan tugas. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan. Dalam menggerakan manusia sebagai bawahan ini, seorang pimpinan/manajer dituntut suatu kemampuan, sehingga para bawahan dengan senang hati mengikuti ajakan atau kehendak pimpinan.
Keseluruhan kegiatan kerja sama yang dilakukan oleh manusia dalam upaya mencapai tujuan, kita identifikasi sebagai administrasi. Inti dari administrasi adalah sinergi semua sumber daya dalam kerangka upaya mencapai tujuan organisasi. Sumber daya yang dimiliki organisasi diistilahkan dengan 6 M yang salah satunya adalah man, atau manusia. Manajemen dilakukan oleh manusia, untuk kepentingan manusia, dan berasal dari manusia, Dengan demikian, untuk melakukan praktek pengaturan dengan benar, kita harus memahami apa yang disebut sebagai manusia, Tujuannya adalah untuk memahami manusia secara lebih baik dan lebih akurat.
Keuntungan pemahaman ini adalah terutama agar kita memahami cara memimpin manusia dengan lebih baik (Leavit, 1978). Dengan memahami manusia, kita akan lebih mudah untuk mempengaruhi dan menggerakkannya. Secara umum, pemahaman yang memadai tentang manusia akan memudahkan kita bekerja sama dengannya dalam upaya penciptaan kesejahteraan dan kemakmuran bagi manusia itu sendiri.
Disadari unsur manusia adalah faktor yang sangat penting, karena semua proses dalam melibatkan unsur manusia. Oleh karena itu diperlukan suatu tim yang tangguh untuk menyusun suatu manajemen risiko, agar nantinya dapat digunakan untuk mengenali risiko, mengukur dan memantaunya, sehingga organisasi tidak sampai collaps karena risiko yang tak dapat dicover nya. SDM yang berkualitas dan pro aktif sangat diperlukan, walaupun demikian sebagus apapun unsur manusia, tetap diperlukan suatu sistem prosedur yang baik, yang bisa memberikan signal apabila terjadi tanda-tanda dini, serta ada built in control dalam setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan. Maka sangat pentingnya penggerakan dalam suatu organisasi pendidikan, karna jika organisasi pendidikan sendiri tidak ada pengatur atau penggerak suatu organisasi pendidikan sendiri tidak akan maju atau berdiri dengan pesat.

F.            MENGAPLIKASIKAN PENGGERAKAN (ACTUATING) DALAM ORGANISASI PENDIDIKAN
Fungsi fundamental ke tiga dalam perusahaan setelah menata perencanaan dan pengorganisasian adalah bagaimana cara menggerakan manusia secara sukarela untuk melakukan aktiftas personal yang sesuai dengan tujuan organisasi. Penggerakan merupakan usaha untuk menggerakan anggota kelompok sedemikian rupa sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran organisasi yang bersangkutan oleh karena anggota itu ingin mencapai sasaran tersebut (Terry:2006:313).
Menggerakan jelas membutuhkan adanya kematangan pribadi dan pemahaman terhadap karakter manusia yang memiliki kecenderungan berbeda dan dinamis, sehingga membutuhkan adanya sinkronisasi. Sehingga bisa dikatakan fungsi actuating jauh lebih rumit oleh karena harus berhadapan langsung sehingga fungsi leadershif begitu kentara sekali dibutuhkan sekalipun semuanya melalui proses planning dan pengorganisasian terlebih dulu.

G.           KUNCI PENGGERAKAN (ACTUATING) DALAM PENDIDIKAN
1)      Pengarahan
Pengarahan merupakan aspek hubungan antar manusiawi dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan untuk bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaga kerja efektif serta efesien untuk mencapai tujuan. Dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut manusia, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia- manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah laku yang berbeda-beda, memiliki pandangan serta pola hidup yang berbeda pula. Pada umumnya, pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan maksud agar mereka bersedia bekerja dengan sebaik mungkin, dan diharapkan tidak menyimpang dari prinsip-prinsip di muka.
2)      Kepemimpinan (Leading)
Gaya/Tipe kepemimpinan dapat diartikan sebagai : a) sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai b) pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin c) pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya. d) Perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap yang sering diterapkan oleh seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya.
3)      Fungsi Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu.
4)      Kepemimpinan Efektif
Menurut Amirullah yang dikutip oleh Daryanto (2011: 129), indikator kepemimpinan efektif yaitu melihat hasil kerja yang diperoleh selama tugas kepemimpinannya, baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Salah satu pendekatan yang dianggap tepat dalam melihat indikator kepemimpinan yang efektif adalah dengan melihat peran-peran yang dimainkan oleh seorang pemimpin. Apabila pemimpin itu telah melaksanakan tugas sesuai dengan peran dan fungsinya, maka pemimpin itu dikatakan sudah efektif.
5)      Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah fungsi terpenting dari pergerakan (actuating), bahkan dikatakan inti dari organisasi adalah kepemimpinan dan inti dari kepemimpinan adalah pengambilan keputusan (decesion making).
6)      Motivasi
Motivasi merupakan suatu kekuatan (power), tenaga (forces), daya (energy), atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Gibson (1985) menyatakan dalam mempertimbangkan motivasi, perlu diperhatikan faktor-faktor fisiologikal, psikologikal, dan lingkungan (environmental) sebagai faktor-faktor yang penting.
7)      Model Pendekatan Motivasi Dalam Organisasi
Ada 3 model dalam pendekatan motivasi dalam organisasi, yaitu : a) Model tradisional merupakan bentuk usaha yang ditempuh oleh para manajer dan pemimpin untuk membuat bagaimana bawahan/karyawan dapat menjalankan pekerjaan mereka yang membosankan dan berulang-ulang dengan cara yang paling efisien. b) Model hubungan manusiawi menekankan kepada para manajer untuk bisa memotivasi bawahan/karyawan dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dengan membuat mereka merasa penting dan berguna. c) Model sumber daya manusia ini bukanlah menyuap karyawan dengan upah atau uang saja, melainkan juga untuk mengembangkan rasa tanggung jawab bersama dalam mencapai tujuan organisasi dan anggotanya. Setiap karyawan menyumbangkan sesuai dengan kepentingan dan kemampuannya masing-masing. Dalam model ini, karyawan dianggap sebagai individu yang memiliki motivasi tidak hanya karena uang dan prestise saja, tetapi menganggap bahwa para karyawan juga memiliki dorongan untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik.
8)      Komunikasi Dalam Organisasi
Komunikasi erat hubungannya dengan usaha pengarahan dan pengorganisasian karena komunikasi yang baik bukan hanya terjadi satu arah dari atasan, melainkan juga datang dari bawah ke atas atau antar rekan kerja. Cara-cara yang digunakan sebagai media komunikasi dalam suatu lembaga dapat bersifat lisan maupun tulisan.

H.           KESIMPULAN
1)      Penggerakan pendidikan merupakan salah satu fungsi manajemen pendidikan yang berhubungan dengan aktivitas manajerial dalam melaksanakan tugas execution. Penggerakan (actuating) adalah tindakan untuk memulai, memprakarsai, memotivasi dan mengarahkan serta mempengaruhi para pekerja baik pendidik, tenaga kependidikan maupun karyawan untuk mengerjakan tugas- tugas untuk mencapai tujuan pendidikan.
2)      Penggerakan pendidikan sangat terkait dengan penggunaan berbagai sumber daya organisasi sehingga kemampuan memimpin, memberi motivasi, berkomunikasi yang efektif dan menciptakan iklim serta budaya organisasi yang kondusif menjadi kunci penggerakan dalam mencapai tujuan organisasi.
3)      Kepemimpinan pendidikan berperan sangat penting dalam rangka mengarahkan dan menggerakkan organisais pendidikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kepala sekolah sebagai pimpinan pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam melaksanakan proses pendidikan baik sebagai pengelola pengelola pendidikan maupun sebagai pemimpin formal pendidikan di sekolahnya.
4)      Pengambilan keputusan merupakan fungsi terpenting dari penggerakan (actuating), bahkan dapat dikatakan bahwa inti dari organisasi adalah kepemimpinan dan inti dari kepemimpinan adalam pengambilan keputusan (decision making).
5)      Motivasi memiliki arti penting dalam menumbuhkan dan mempertinggi semangat kerja sehingga salah satu aktivitas manajemen adalah memberikan motivasi atau prses pemberian kegairahan kerja pada setiap anggota organisasi agar ada kerelaan dan semangat dalam melaksanakan tugas demi tercapainya tujuan organisasi.
6)      Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari satu orang kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, baik lisan, tertulis, maupun isyarat. Komunikasi erat hubungannya dengan usaha pengarahan dan pengorganisasian  karena komunikasi yang baik bukan hanya terjadi satu arah dari atasan, melainkan juga datang dari bawah ke atas atau antar rekan kerja.

I.              REFERENSI
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Sinar Harapan.
Bennis, Warren. 1994. Menjadi Pemimpin Efektif (On Becoming a Leader), Alih bahasa Anna W.Bangun. Jakarta. Elex Media Komputindo.
Covey, Stepehen R. 1997. The 7 Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan Manusia yang sangat efektif), edisi revisi, alih bahasa Drs, Budijanto. Jakarta. Binarupa Aksara.
Didin Kurniadi, dkk. 2014. Manajemen Pendidikan, Konsep dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
David, R. Fred. 2004. Konsep Manajemen Strategis, Edisi VII (terjemahan). Jakarta, PT Indeks.
George R.Terry, PhD. 1986. Azas azas Management . Alumni, Bandung.
Hasibuan, S.P. Malayu. 2001. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta. PT Bumi Aksara
Koontz, H., O’Donnell, C., & Weihrich, H. (1996), Manajemen/ Harold Koontz, Cyril O’Donnell, Heinz Weihrich,Ed : Gunawan Hutauruk. Jakarta. Erlangga.
Kurniawan Saifullah, Ernie Tisnawati S. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
Leavitt, H. J. 1978. Psikologi Manajemen . Jakarta : Penerbit Erlangga.
Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Retina Sri Sedjati. 2011. Makalah Dasar-dasar Manajemen-Fungsi Penggerakan. Bahan Mata kuliah manajemen . STIKES Madiun.
Sutisna, Oteng. 1985. Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Winanti dan Budiono. 2009. “Pengaruh Iklim Kerja, Kompensasi dan Kompetensi Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai dan Dosen Pada STIE – STMIK Insan Pembangunan”. JOCE IP, Vol. 3 No. 1 September 2009
http://www.slideshare.net/agussaefudin2/makalah-penggerakan-pendidikan (di Unduh tanggal 26 Juli 2016)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAHU BONKENG

Tahu Bungkeng atau dikenal dengan sebutan "Tahu Sumedang" merupakan penganan khas dan ikon daerah Sumedang. Citarasa tahu bungkeng...