PERAN DAN FUNGSI DIMENSI PENGGERAKAN
(ACTUATING)
DALAM MEMAJUKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
OLEH: DARUL WIYONO
ABSTRAK
Penggerakan pendidikan merupakan
salah satu fungsi manajemen pendidikan yang berhubungan dengan aktivitas
manajerial dalam melaksanakan tugas execution. Penggerakan pendidikan sangat
terkait dengan penggunaan berbagai sumber daya organisasi sehingga kemampuan
memimpin, memberi motivasi, berkomunikasi yang efektif dan menciptakan iklim
serta budaya organisasi yang kondusif menjadi kunci penggerakan dalam mencapai
tujuan organisasi. Kepemimpinan pendidikan berperan sangat penting dalam rangka
mengarahkan dan menggerakkan organisais pendidikan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Pengambilan keputusan merupakan fungsi terpenting dari penggerakan
(actuating), bahkan dapat dikatakan bahwa inti dari organisasi adalah
kepemimpinan dan inti dari kepemimpinan adalam pengambilan keputusan (decision
making). Motivasi memiliki arti penting dalam menumbuhkan dan mempertinggi
semangat kerja. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari satu orang
kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, baik lisan, tertulis,
maupun isyarat. Kata Kunci: manajemen pendidikan, penggerakan pendidikan,
kepemimpinan, pengambilan keputusan, motivasi, komunikasi
Kata Kunci : Manajemen Pendidikan, Penggerakan Pendidikan,
Kepemimpinan, Pengambila Keputusan, Motivasi, Komunikasi
A.
PENDAHULUAN
Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita adalah
persoalan mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Dari
berbagai pengamat dan analisis, ada berbagai faktor yang menyebabkan mutu
pendidikan kita mengalami peningkatan secara merata. Pertama, kebijakan dan
penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational
production function atau input-output analisis yang tidak dilaksanakan secara
konsekuen. Kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara
birokratis sentralistik, sehingga peningkatan mutu sekolah sebagai
penyelenggaraan pendidikan yang tergantung pada keputusan birokrasi-birokrasi.
Ketiga, minimnya peranan masyarakat khususnya orang tua sisiwa dalam
penyelenggaraan pendidikan, pratisipasi orang tua selama ini dengan sebatas
pendukung dana, tapi tidak dilibatkan dalam proses pendidikan seperti mengambil
keputusan, monitoring, evaluasi dan akuntabilitas, sehingga sekolah tidak
memiliki beban dan tanggung jawab hasil pelaksanaan pendidikan kepada
masyarakat/orang tua sebagai stacheholder
yang berkepentingan dengan pendidikan. Keempat, krisis kepemimpinan, dimana
kepala sekolah yang cenderung tidak demokratis, sistem top down policy baik dari kepala sekolah terhadap guru atau
birokrasi diatas kepala sekolah terhadap sekolah.
Munculnya paradigma guru tentang manajemen berbasis sekolah yang bertumpu
pada penciptaan iklim yang demokratisasi dan pemberian kepercayaan yang lebih
luas kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan secara efisien dan
berkualitas. Kepemimpinan adalah cara seseorang pemimpin mempengaruhi perilaku
bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai
tujuanorganisasi. Gaya kepemimpinan yang kurang melibatkan bawahan dalam
mengambil keputusan maka akan mengakibatkan adanya disharmonisasi hubungan
anatara pemimpin dan yang dipimpin. Salah satu solusinya adalah dengan
dikeluarkannya UU No.32 tahun 2004 yaitu undang-undang otonomi daerah yang
kemudian diatur oleh PP No. 33 tahun 2004 yaitu adanya penggeseran kewenangan
dan pemerintah pusat ke pemda dalam berbagai bidang termasuk bidang pendidikan
kecuali agama, politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter
dan fiskal.
Pemberian otonomi tersebut dimaksudkan agar lembaga sekolah memiliki
kebebasan dan kemandirian mengelola lembaganya agar mampu berkembang sesuai
dengan potensi dan kekhususan-kekhususan yang dimiliki daerah serta memiliki
relevansi yang tinggi dan kemanfaatan optimal bagi pembangunan di daerah.
Pemberian otonomi demikian dengan segala implikasinya dianggap merupakan
langkah maju yang bertujuan untuk menciptakan efektifitas penyelenggaraan
pendidikan di daerah dengan bersumber kepada pemanfaatan potensi, kekhasan, dan
kreativitas dari para penyelenggara pendidikan di daerah. Implementsi otonomi
sekolah ini juga salah satunya tercermin dengan diberlakukannya UU No. 20/2005
yang memberikan kebebasan kepada sekolah untuk menyusun kurikulumnya sendiri
yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai ganti
dari Kurikulum 2004. Untuk kemudian direvisi dengan berlakunya Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, sampai pada diberlakukannya kurikulum
2013, yang sempat mengalami pro dan kontra di kalangan masyarakat kependidikan
dan non kependidikan.
Dengan adanya amanat otonomi dari undang- undang tersebut perangkat
manajemen di sekolah bukan lagi sekedar sebagai pelaksana dari birokrasi pusat
sebagaimana era sebelumnya, melainkan berposisi sebagai agen yang mandiri yang
bertanggung jawab atas pengelolaan sekolah sesuai dengan tugas dan fungsi
manajemen (planning, organizing,
actuating, controlling) dengan memperhatikan potensi dan kekhasan yang
dimiliki. Penggerakan atau Actuating mempunyai arti dan perananan yang sangat
penting. Sebab diantara fungsi manajemen lainnya, maka penggerakan merupakan
fungsi secara langsung berhubungan dengan manusia (pelaksana). Dengan fungsi
penggerakan inilah, maka ketiga fungsi manajemen yang lain baru efektif. Oleh
karena itu penggerakan atau actuating sebagai salah satu fungsi manajemen yang
sangat layak untuk dikaji lebih jauh dalam makalah ini.
B.
PENGERTIAN,
TUJUAN, FUNGSI POKOK DAN PRINSIP PENGGERAKAN (ACTUATING)
1) Pengertian Penggerakan (Actuating)
Fungsi-fungsi manajemen menurut George R. Terry (Disingkat POAC) dalam
Mulyono (2008:23), yaitu “planning
(perencanaan), organizing
(pengorganisasian), actuating
(penggerakan), controlling
(pengendalian)”. Dari seluruh rangkaian proses manajemen, penggerakan
(actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama, dan mempunyai arti
serta perananan yang sangat penting. Sebab dalam fungsi perencanaan dan
pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses
manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan
yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi atau manusia
(pelaksana). Dengan ini fungsi penggerakan inilah, maka ketiga fungsi manajemen
yang lain baru efektif.
Actuating, dalam bahasa
Indonesia artinya adalah menggerakkan. Maksudnya, suatu tindakan untuk
mengupayakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai
dengan tujuan organisasi. George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa, actuating
merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota organisasi sedemikian rupa hingga
mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran organisasi dan sasaran
anggota-anggota organisasi tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai
sasaran- sasaran tersebut. Jadi actuating adalah usaha menggerakkan seluruh
orang yang terkait, untuk secara bersama-sama melaksanakan program kegiatan
sesuai dengan bidang masing-masing dengan cara yang terbaik dan benar.
Actuating merupakan fungsi yang paling fundamental dalam manajemen, karena
merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota
kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai sasaran
organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan
benar.
Sedangkan menurut Harold Koontz & Cyril O’Donnel, actuating adalah directing and leading are the interpersonal aspec of commanding by
which subordinate are led to understand and contribute effectively and
efficiency to the attainment of enterprise objectives. Hal ini berarti
bahwa pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan
oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan
pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.
Pendapat lainnya, Actuating
(penggerakan) yaitu: Actuating is setting
all members of the group towant to achieve the objektive willingly and keeping
with managerial planning and organizing efforts. Artinya Penggerakan adalah
membuat semua kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta
bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha
pengorganisasian. (Hasibuan, 1995:176).
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating)
tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan,
dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat
melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung
jawabnya. Jadi penggerakan merupakan kegiatan manajemen untuk menggerakan dan
membuat orang lain suka dan dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien, sehingga tindakan-tindakan yang telah
dilakukan menyebabkan suatu organisasi dapat berjalan.
2) Ciri – ciri Penggerakan
Adapun Ciri –
ciri penggerakkan di dalam sebuah oraganisasi yaitu :
1.
Upaya yang berlandaskan pengetahuan tentang
kepemimpinan yang baik.
2.
Mengacu pada perencanaan yang telah dibuat.
3.
Adanya kemampuan untuk memimpin semua anggota
organisasi.
4.
Semua kegiatan – kegiatan oraganisasi di atur
dengan baik.
5.
Pemberian bimbingan, motivasi dan pengarahan
yang baik.
3) Tujuan Penggerakan
Menurut Azwar
(1996), Tujuan fungsi actuating
(penggerakan) adalah :
1.
Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
2.
Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
3.
Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
4.
Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat
meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf
5.
Membuat organisasi berkembang lebih dinamis
4) Fungsi Pokok Penggerakan (Actuating)
Adapun fungsi
pokok penggerakan didalam manajemen adalah sebagai berikut :
1.
Mempengaruhi orang-orang supaya bersedia menjadi
pengikut.
2.
Menaklukkan daya tolak orang-orang
3.
Membuat seseorang atau orang-orang suka
mengerjakan tugas dengan lebih baik.
4.
Mendapatkan, memelihara dan memupuk kesetiaan
pada pimpinan, tugas dan organisasi tempat mereka bekerja.
5.
Menanamkan, memelihara dan memupuk rasa tanggung
jawab seorang atau orang-orang terhadap Tuhan-nya, negara dan masyarakat.
5) Prinsip Penggerakan (Actuating)
Prinsip-prinsip
penggerakan, Menurut Kurniawan (2009) sebagai berikut :
1.
Memperlakukan pegawai dengan sebaik-baiknya.
2.
Mendorong pertumbuhan dan perkembangan manusia.
3.
Menanamkan pada manusia keinginan untuk
melebihi.
4.
Menghargai hasil yang baik dan sempurna.
5.
Mengusahakan adanya keadilan tanpa pilih kasih.
6.
Memberikan kesempatan yang tepat dan bantuan
yang cukup.
7.
Memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi
dirinya.
C.
FAKTOR-FAKTOR
PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG FUNGSI PENGGERAKAN
Beberapa
halangan dalam menjalankan penggerakan :
1.
Kendala-Kendala Pemilihan SDM, meliputi :
a.
Standar Kemampuan SDM yang pasti belum ada,
akibatnya informasi kemampuan SDM hanya berdasarkan ramalan-ramalan (prediksi)
saja yang sifatnya subjektif. Hal ini menjadi kendala yang serius dalam
pemilihan SDM untuk menghitung potensi SDM secara pasti.
b.
Manusia (SDM sebagai mahluk hidup tidak dapat
dikuasai sepenuhnya seperti mesin. Hal ini menjadi kendala PSDM, karena itu
sulit memperhitungkan segala sesuatunya dalam rencana. Misalnya, ia mampu tapi
kurang mau melepaskan kemampuannya.
c.
Situasi SDM, Persediaan mutu, dan penyebaran
penduduk yang kurang mendukung kebutuhan SDM organisasi . Hal ini menjadi
kendala proses PSDM yang baik dan benar.
d.
Kebijaksanaan Perburuhan Pemerintah,
Kebijaksanaan perburuhan pemerintah, seperti kompensasi, jenis kelamin, WNA,
dan kendala lain dalam PSDM untuk membuat rencana yang baik dan tepat.
2.
Kegagalan manajer dalam menumbuhkan motivasi
stafnya
Hal ini terjadi karena manajer kurang
memahami hakekat perilaku dan hubungan antar manusia. Seperti konsep perilaku
manusia yang dikemukakan oleh Maslow, dinegara berkembang yang menjadi
prioritas adalah kebutuhan fisik, rasa aman, dan diterima oleh lingkungan
sedangkan dinegara maju kebutuhan yang menonjol adalah aktualisasi diri dan
self esteem. Perbedaan tersebut juga akan mempengaruhi etos kerja dan
produktifitas kerja.
a.
Kurangnya keahlian dalam menggunakan menajemen.
b.
Beragam-ragam dalam memutuskan sesuatu.
c.
Tidak adanya kerjasama yang kompak.
d.
Tidak menepati janji Fungsi-fungsi penggerakan.
e.
Tidak adanya dana serta fasilitas yang terbatas
dapat menghasilkan kedisiplinan dan kesetian dari anggota organisasi.
f.
Kurangnya Komunikasi di Dalam Organisasi.
g.
Tidak bisa membaca karakteristik setiap
anggotanya.
h.
Kurangnya Rasa Solidaritas yang tinggi.
Faktor Pendukung
dalam penggerakan diantaranya :
1.
Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan adalah kegiatan untuk
mempengaruhi orang-orang agar berusaha dengan ikhlas untuk mencapai tujuan
bersama. Seorang manajer yang tidak memiliki kepemimpinan tidak akan mampu
untuk mempengaruhi bawahannya untuk bekerja, sehingga manajer yang demikian
akan gagal dalam usahanya.
2.
Sikap dan Moril (Attitude and Morale)
Sikap ialah suatu cara memandang
hidup, suatu cara berpikir, berperasaan dan bertindak. Oleh karena itu sikap
manajer akan berbeda-beda sesuai dengan pola hidupnya.
3.
Tata Hubungan (Communication)
Komunikasi membantu perencanaan
managerial dilaksanakan dengan efektif, pengorganisasian managerial dilakukan
dengan effektif, penggerakan managerial diikuti dengan efektif dan pengawasan
diterapkan dengan efektif.
4.
Perangsang (Incentive)
Insentif ialah sesuatu yang
menyebabkan atau menimbulkan seseorang bertindak.
5.
Supervisi (Supervision)
Supervisi dalam bahasa Indonesia
disebut juga dengan pengawasan, sehingga suka timbul kekacauan pengertian
dengan kata pengawasan sebagai terjemah dari kata control.
6.
Disiplin (Discipline)
Disiplin ialah latihan pikiran,
perasaan, kehendak dan watak untuk melahirkan ketaatan dan tingkah laku yang
teratur.
D.
TEKNIK-TEKNIK
PENGGERAKAN YANG EFEKTIF
Menurut Azwar (1996) teknik-teknik penggerrakan yang efektif antara lain:
1) Memberikan penjelasan kepada setiap orang yang ada dalam organisasi, mengenai
tujuan yang harus dicapai. 2) Setiap orang harus menyadari, memahami serta
menerima dengan baik tujuan tersebut. 3) Pimpinan menjelaskan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditempuh oleh organisasi dalam usaha
pencapaian tujuan. 4) Setiap orang harus mengerti struktur organisasi. 5) Setiap
orang harus menjalankan peranan apa yang diharapkan oleh pimpinan organisasi
dengan baik. 6) Menekankan pentingnya kerjasama dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang diperlukan. 7) Memperlakukan setiap bawahan sebagai
manusia dengan penuh pengertian. 8) Memberikan penghargaan serta pujian kepada
pegawai yang cakap dan teguran serta bimbingan kepada orang-orang yang kurang
mempu bekerja. 9) Meyakinkan setiap orang bahwa dengan bekerja baik dalam
organisasi tujuan pribadi orang-orang tersebut akan tercapai semaksimal
mungkin.
Sedangkan menurut Haris (2011) teknik-teknik penggerakan yang efektif
bagi manajemen sekolah antara lain: 1) Kepala sekolah merangsang guru dan
personal sekolah lainnya melaksanakan tugas dengan antusias dan kemauan yang
baik untuk mencapai tujuan dengan penuh semangat. 2) Kepala sekolah cenderung
mempunyai hubungan dengan bawahan yang sifatnya mendukung (suportif) dan
meningkatkan rasa percaya diri menggunakan kelompok membuat keputusan. 3)
Kepala sekolah merencanakan cara untuk memungkinkan guru, tenaga kependidikan
dan personal sekolah lainnya secara teratur mempelajari seberapa baik ia telah
memenuhi tujuan sekolah yang spesifik dapat meningkatkan mutu sekolah. 4)
Penggerakan yang dilakukan kepala sekolah tersebut dapat berupa pengakuan dan
pujian atas prestasi kerja personal sekolah, karena ancaman atas kesalahan yang
dilakukan oleh para personalnya hanya akan berdampak buruk terhadap manajemen
sekolah. 5) Sanksi hanya akan diberikan, jika betul-betul ada bukti dan tidak
mungkin lagi untuk dibina, jauh efisien membentuk perilaku guru, tenaga
kependidikan, dan personal sekolah lainnya dengan menghargai hasil yang positif
dan memberi motivasi ke arah yang positif pula.
E.
PENTINGNYA
PENGGERAKAN (ACTUATING) DALAM
ORGANISASI PENDIDIKAN.
Kepekaan melihat kondisi global yang bergulir dan peluang masa depan
menjadi modal utama untuk mengadakan perubahan paradigma dalam manajemen
pendidikan. Modal ini akan dapat menjadi pijakan yang kuat untuk mengembangkan
pendidikan. Pada titik inilah diperlukan berbagai komitmen untuk perbaikan
kualitas. Ketika melihat peluang, dan peluang itu dijadikan modal, kemudian
modal menjadi pijakan untuk mengembangkan pendidikan yang disertai komitmen
yang tinggi, maka secara otomatis akan terjadi sebuah efek domino (positif)
dalam pengelolaan organisasi, strategi, SDM, pendidikan dan pengajaran, biaya,
serta marketing pendidikan.
Untuk menuju point education change
(perubahan pendidikan) secara menyeluruh, maka manajemen pendidikan adalah hal
yang harus diprioritaskan untuk kelangsungan pendidikan sehingga menghasilkan
out-put yang diinginkan. Walaupun masih terdapat institusi pendidikan yang
belum memiliki manajemen yang bagus dalam pengelolaan pendidikannya. Manajemen
yang digunakan masih konvensional, sehingga kurang bisa menjawab tantangan
zaman dan terkesan tertinggal dari modernitas. Jika manajemen pendidikan sudah
tertata dengan baik dan membumi, niscaya tidak akan lagi terdengar tentang
pelayanan sekolah yang buruk, minimnya profesionalisme tenaga pengajar, sarana-prasarana
tidak memadai, pungutan liar, hingga kekerasan dalam pendidikan. Manajemen
dalam sebuah organisasi pada dasarnya dimaksudkan sebagai suatu proses
(aktivitas) penentuan dan pencapaian tujuan organisasi melalui pelaksanaan
empat fungsi dasar: planning, organizing, actuating, dan controlling dalam
penggunaan sumberdaya organisasi. Karena itulah, aplikasi manajemen organisasi
hakikatnya adalah juga amal perbuatan SDM organisasi yang bersangkutan.
Penggerakan (actuating) sebagai
salah satu fungsi manajemen merupakan fungsi yang sangat penting, karena fungsi
ini kegiatannya berhubungan langsung dengan faktor manusia sebagai bawahan.
Fungsi actuating lebih menekankan
pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.
Perencanaan dan pengorganisasian yang baik, kurang berarti bila tidak diikuti
dengan penggerakan seluruh potensi sumber daya manusia dan nonmanusia pada
pelaksanaan tugas. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk
mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Setiap SDM harus bekerja
sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing
SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah
ditetapkan. Dalam menggerakan manusia sebagai bawahan ini, seorang
pimpinan/manajer dituntut suatu kemampuan, sehingga para bawahan dengan senang
hati mengikuti ajakan atau kehendak pimpinan.
Keseluruhan kegiatan kerja sama yang dilakukan oleh manusia dalam upaya
mencapai tujuan, kita identifikasi sebagai administrasi. Inti dari administrasi
adalah sinergi semua sumber daya dalam kerangka upaya mencapai tujuan
organisasi. Sumber daya yang dimiliki organisasi diistilahkan dengan 6 M yang
salah satunya adalah man, atau manusia. Manajemen dilakukan oleh manusia, untuk
kepentingan manusia, dan berasal dari manusia, Dengan demikian, untuk melakukan
praktek pengaturan dengan benar, kita harus memahami apa yang disebut sebagai
manusia, Tujuannya adalah untuk memahami manusia secara lebih baik dan lebih
akurat.
Keuntungan pemahaman ini adalah terutama agar kita memahami cara memimpin
manusia dengan lebih baik (Leavit, 1978). Dengan memahami manusia, kita akan
lebih mudah untuk mempengaruhi dan menggerakkannya. Secara umum, pemahaman yang
memadai tentang manusia akan memudahkan kita bekerja sama dengannya dalam upaya
penciptaan kesejahteraan dan kemakmuran bagi manusia itu sendiri.
Disadari unsur manusia adalah faktor yang sangat penting, karena semua
proses dalam melibatkan unsur manusia. Oleh karena itu diperlukan suatu tim yang
tangguh untuk menyusun suatu manajemen risiko, agar nantinya dapat digunakan
untuk mengenali risiko, mengukur dan memantaunya, sehingga organisasi tidak
sampai collaps karena risiko yang tak dapat dicover nya. SDM yang berkualitas
dan pro aktif sangat diperlukan, walaupun demikian sebagus apapun unsur
manusia, tetap diperlukan suatu sistem prosedur yang baik, yang bisa memberikan
signal apabila terjadi tanda-tanda dini, serta ada built in control dalam
setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan. Maka sangat pentingnya penggerakan dalam
suatu organisasi pendidikan, karna jika organisasi pendidikan sendiri tidak ada
pengatur atau penggerak suatu organisasi pendidikan sendiri tidak akan maju
atau berdiri dengan pesat.
F.
MENGAPLIKASIKAN
PENGGERAKAN (ACTUATING) DALAM
ORGANISASI PENDIDIKAN
Fungsi fundamental ke tiga dalam perusahaan setelah menata perencanaan
dan pengorganisasian adalah bagaimana cara menggerakan manusia secara sukarela
untuk melakukan aktiftas personal yang sesuai dengan tujuan organisasi.
Penggerakan merupakan usaha untuk menggerakan anggota kelompok sedemikian rupa
sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran organisasi
yang bersangkutan oleh karena anggota itu ingin mencapai sasaran tersebut
(Terry:2006:313).
Menggerakan jelas membutuhkan adanya kematangan pribadi dan pemahaman
terhadap karakter manusia yang memiliki kecenderungan berbeda dan dinamis,
sehingga membutuhkan adanya sinkronisasi. Sehingga bisa dikatakan fungsi
actuating jauh lebih rumit oleh karena harus berhadapan langsung sehingga
fungsi leadershif begitu kentara sekali dibutuhkan sekalipun semuanya melalui
proses planning dan pengorganisasian terlebih dulu.
G.
KUNCI
PENGGERAKAN (ACTUATING) DALAM
PENDIDIKAN
1) Pengarahan
Pengarahan merupakan aspek hubungan
antar manusiawi dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan untuk bersedia
mengerti dan menyumbangkan tenaga kerja efektif serta efesien untuk mencapai
tujuan. Dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena
disamping menyangkut manusia, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari
manusia- manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah laku yang
berbeda-beda, memiliki pandangan serta pola hidup yang berbeda pula. Pada
umumnya, pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan maksud agar
mereka bersedia bekerja dengan sebaik mungkin, dan diharapkan tidak menyimpang
dari prinsip-prinsip di muka.
2) Kepemimpinan (Leading)
Gaya/Tipe kepemimpinan dapat
diartikan sebagai : a) sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk
mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai b) pola perilaku dan
strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin c) pola
menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak
tampak oleh bawahannya. d) Perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari
falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap yang sering diterapkan oleh seorang
pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya.
3) Fungsi Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan berhubungan
langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi
masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan
bukan di luar situasi itu.
4) Kepemimpinan Efektif
Menurut Amirullah yang dikutip oleh
Daryanto (2011: 129), indikator kepemimpinan efektif yaitu melihat hasil kerja
yang diperoleh selama tugas kepemimpinannya, baik secara kualitas maupun secara
kuantitas. Salah satu pendekatan yang dianggap tepat dalam melihat indikator
kepemimpinan yang efektif adalah dengan melihat peran-peran yang dimainkan oleh
seorang pemimpin. Apabila pemimpin itu telah melaksanakan tugas sesuai dengan
peran dan fungsinya, maka pemimpin itu dikatakan sudah efektif.
5) Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah fungsi
terpenting dari pergerakan (actuating), bahkan dikatakan inti dari organisasi
adalah kepemimpinan dan inti dari kepemimpinan adalah pengambilan keputusan
(decesion making).
6) Motivasi
Motivasi merupakan suatu kekuatan
(power), tenaga (forces), daya (energy), atau suatu keadaan yang kompleks dan
kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik
disadari maupun tidak disadari. Gibson (1985) menyatakan dalam mempertimbangkan
motivasi, perlu diperhatikan faktor-faktor fisiologikal, psikologikal, dan
lingkungan (environmental) sebagai faktor-faktor yang penting.
7) Model Pendekatan Motivasi Dalam Organisasi
Ada 3 model dalam pendekatan motivasi
dalam organisasi, yaitu : a) Model tradisional merupakan bentuk usaha yang
ditempuh oleh para manajer dan pemimpin untuk membuat bagaimana
bawahan/karyawan dapat menjalankan pekerjaan mereka yang membosankan dan
berulang-ulang dengan cara yang paling efisien. b) Model hubungan manusiawi
menekankan kepada para manajer untuk bisa memotivasi bawahan/karyawan dengan
mengakui kebutuhan sosial mereka dengan membuat mereka merasa penting dan
berguna. c) Model sumber daya manusia ini bukanlah menyuap karyawan dengan upah
atau uang saja, melainkan juga untuk mengembangkan rasa tanggung jawab bersama
dalam mencapai tujuan organisasi dan anggotanya. Setiap karyawan menyumbangkan
sesuai dengan kepentingan dan kemampuannya masing-masing. Dalam model ini,
karyawan dianggap sebagai individu yang memiliki motivasi tidak hanya karena
uang dan prestise saja, tetapi menganggap bahwa para karyawan juga memiliki
dorongan untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik.
8) Komunikasi Dalam Organisasi
Komunikasi erat hubungannya dengan
usaha pengarahan dan pengorganisasian karena komunikasi yang baik bukan hanya
terjadi satu arah dari atasan, melainkan juga datang dari bawah ke atas atau
antar rekan kerja. Cara-cara yang digunakan sebagai media komunikasi dalam
suatu lembaga dapat bersifat lisan maupun tulisan.
H.
KESIMPULAN
1)
Penggerakan pendidikan merupakan salah satu
fungsi manajemen pendidikan yang berhubungan dengan aktivitas manajerial dalam
melaksanakan tugas execution. Penggerakan (actuating)
adalah tindakan untuk memulai, memprakarsai, memotivasi dan mengarahkan serta
mempengaruhi para pekerja baik pendidik, tenaga kependidikan maupun karyawan
untuk mengerjakan tugas- tugas untuk mencapai tujuan pendidikan.
2)
Penggerakan pendidikan sangat terkait dengan
penggunaan berbagai sumber daya organisasi sehingga kemampuan memimpin, memberi
motivasi, berkomunikasi yang efektif dan menciptakan iklim serta budaya
organisasi yang kondusif menjadi kunci penggerakan dalam mencapai tujuan
organisasi.
3)
Kepemimpinan pendidikan berperan sangat penting
dalam rangka mengarahkan dan menggerakkan organisais pendidikan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Kepala sekolah sebagai pimpinan pendidikan mempunyai
peran yang sangat penting dalam melaksanakan proses pendidikan baik sebagai
pengelola pengelola pendidikan maupun sebagai pemimpin formal pendidikan di
sekolahnya.
4)
Pengambilan keputusan merupakan fungsi
terpenting dari penggerakan (actuating),
bahkan dapat dikatakan bahwa inti dari organisasi adalah kepemimpinan dan inti
dari kepemimpinan adalam pengambilan keputusan (decision making).
5)
Motivasi memiliki arti penting dalam menumbuhkan
dan mempertinggi semangat kerja sehingga salah satu aktivitas manajemen adalah
memberikan motivasi atau prses pemberian kegairahan kerja pada setiap anggota
organisasi agar ada kerelaan dan semangat dalam melaksanakan tugas demi
tercapainya tujuan organisasi.
6)
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari
satu orang kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, baik lisan,
tertulis, maupun isyarat. Komunikasi erat hubungannya dengan usaha pengarahan
dan pengorganisasian karena komunikasi
yang baik bukan hanya terjadi satu arah dari atasan, melainkan juga datang dari
bawah ke atas atau antar rekan kerja.
I.
REFERENSI
Azwar, Azrul.
1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Sinar Harapan.
Bennis, Warren.
1994. Menjadi Pemimpin Efektif (On Becoming a Leader), Alih bahasa Anna
W.Bangun. Jakarta. Elex Media Komputindo.
Covey, Stepehen R.
1997. The 7 Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan Manusia yang sangat
efektif), edisi revisi, alih bahasa Drs, Budijanto. Jakarta. Binarupa Aksara.
Didin Kurniadi,
dkk. 2014. Manajemen Pendidikan, Konsep dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan.
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
David, R. Fred.
2004. Konsep Manajemen Strategis, Edisi VII (terjemahan). Jakarta, PT Indeks.
George R.Terry,
PhD. 1986. Azas ‐ azas Management . Alumni, Bandung.
Hasibuan, S.P.
Malayu. 2001. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta. PT Bumi Aksara
Koontz, H.,
O’Donnell, C., & Weihrich, H. (1996), Manajemen/ Harold Koontz, Cyril
O’Donnell, Heinz Weihrich,Ed : Gunawan Hutauruk. Jakarta. Erlangga.
Kurniawan
Saifullah, Ernie Tisnawati S. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta: Salemba
Empat.
Leavitt, H. J.
1978. Psikologi Manajemen . Jakarta : Penerbit Erlangga.
Mulyono. 2008. Manajemen
Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Retina Sri
Sedjati. 2011. Makalah Dasar-dasar Manajemen-Fungsi Penggerakan. Bahan Mata
kuliah manajemen . STIKES Madiun.
Sutisna, Oteng.
1985. Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Winanti dan
Budiono. 2009. “Pengaruh Iklim Kerja, Kompensasi dan Kompetensi Terhadap
Produktivitas Kerja Pegawai dan Dosen Pada STIE – STMIK Insan Pembangunan”.
JOCE IP, Vol. 3 No. 1 September 2009
http://www.slideshare.net/agussaefudin2/makalah-penggerakan-pendidikan
(di Unduh tanggal 26 Juli 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar